Dua Garis Biru

Postingan perdana di tahun ini dipersembahkan oleh film Dua Garis Biru, karya sutradara dan penulis Gina S. Noer, yang begitu menarik hati. Dari segi alur cerita, pemain, sinematografi dan lagu pengiring semuanya memikat. Kalau dulu ada film Posesif yang mengusung mental health issue, lain cerita dengan Dua Garis Biru yang mengusung sex education dimana sangat (pangkat dua) dibutuhkan oleh kalangan remaja dalam rentang usia reproduksi.

Dara (Adhisty Zara) dan Bima (Angga Yunanda), sepasang kekasih yang masih duduk di bangku SMA. Hubungan romantis mereka kini menghasilkan tanda dua garis biru pada alat tes kehamilan yang diuji Dara sendiri. Bagaimana Dara dan Bima serta keluarga kedua belah pihak mencari jalan keluar adalah esensi dari film ini. Saya rasa orang tua manapun akan sulit menerima bila buah hatinya mengalami apa yang Dara dan Bima alami. Namun, jalan keluar harus dicari dan hidup terus berjalan.

Ukuran pendatang baru, akting Dara dan Bima ini sungguh tidak dibuat-buat, mengalir apa adanya, chemistry mereka berdua pun erat dan akrab. Sepanjang film ini berlangsung, mata saya dimanjakan oleh sinematografi dari Padri Nadeak yang begitu apik dengan framing yang out of the box, diiringi lagu-lagu pengiring yang begitu pas dalam setiap adegan. Bagaimana Growing Up-nya Rara Sekar membuat merinding, Sulung-nya Kunto Aji membuat dada lapang, dan Jikalau-nya Naif membuat saya malah ikutan nyanyi karena lagunya enak, haha.

Sebelum turun layar, sediakanlah waktu untuk melihat debut akting si cantik Dara dan si heroik Bima yang tidak cuma menghibur namun juga edukatif. It is worth to watch, I mean it.



Comments